MALANG, SPI UNISMA – Keberhasilan suatu akreditasi perguruan tinggi semakin baik apabila Standar Pengendalian Mutu Internal (SPMI) perguruan tinggi tersebut meliputi lebih banyak kriteria atau pelampauan kriteria dari SN Dikti. Hal ini disampaikan oleh Dr.Wonny Achmad Ridwan MM. yang merupakan salah satu tim nasional SPMI-AMI Kemenristekdikti.
Dalam pelatihan bertajuk SPMI dan Sistem Mutu Organisasi Pendidikan (SMOP)ISO 21001:2018, beliau menyampaikan bahwa perjalanan SPMI dan keberhasilannya adalah bagian dari budaya mutu. “Budaya mutu itu dibangun dari orang-orang didalam organisasi. Ketika pimpinan dan semua elemen berkomitmen dan melaksanakan standar mutu, akan terbentuk budaya mutu,” tutur Wonny.
Menurut beliau menyusun SPMI untuk bisa melampaui SNDikti bukanlah hal yang sulit. “Kita cermati, ada aturan atau elemen kriteria di BAN-PT yang tidak ada di SNDikti itu jadi poin lebih ketika dimasukkan SPMI. Ada aturan ISO yang mungkin Bapak/Ibu punya, itu jadi nilai lebih karena tidak ada di SN-Dikti,” imbuh beliau yang juga merupakan kepala bagian pengembangan SDM di P2SDM IPB.
Selain itu, hal terpenting dalam penyusunan SPMI adalah melibatkan unit terkait sesuai standar yang disusun. “Kalau standar yang disusun tentang penelitian, ya libatkan LPPM, karena itu pekerjaan dia. Jangan sampai kita bikin standar terus dia merasa ‘loh itu kan pekerjaan saya kenapa diambil alih’,”tegas beliau saat melakukan koreksi terhadap presentasi SPMI oleh peserta pelatihan.
Di IPB sendiri penyusunan SPMI institusi dilakukan oleh KMM dan KPMI (Komite Penjaminan Mutu Institut). KPMI sendiri beranggotakan seluruh Wakil Dekan, Sekretaris LPPM, Direktur, Kepala Biro dan Kepala Kantor terkait.
Adapun pelatihan selama empat hari terkait SPMI dan SMOP ISO ini diikuti oleh 46 peserta dari berbagai perguruan tinggi, diantaranya Universitas Terbuka, Universitas Katolik Widya Mandala, Universitas Gajayana Malang, Universitas Islam Malang, dan STEI Ar-Risalah. [Kur]
Berikut ini materi dan resume pelatihan SPMI-SMOP ISO 21001:2018-IPB